Jumat, 22 Oktober 2010

semarang jaman "londo" (mengenang kota semarang)

stasiun tawang :

Bangunan ini selesai dibangun pada bulan Mei 1914. Arsitek gedung ini adalah Kapten J.P. de Bordes (1817-1899). Arsitekturnya unik, dengan ciri arsitektur gaya "Indisch" (Hindia Belanda) yang bahan untuk elemen dinding yang bermotif dan berwarna menjadikan bangunan ini sangat estetis.
Istana Perdamaian Semarang 1900an
:

Bangunan ini, yang terletak di seberang Lawang Sewu, dibangun pada jaman VOC oleh Nicolaas Harting yang menjadi Gubernur Pantai Utara Jawa, pada tahun 1754. Dan sempat disebut sebagai gedung "De Vredestein" atau Istana Perdamaian. Juga pernah berfungsi sebagai tempat tinggal residen Semarang. Pada tahun 1978, bangunan ini digunakan sebagai kantor oleh Akademi Pemerintahan Dalam Negeri (APDN). Pada tahun 1980 digunakan untuk Kantor Sosial dengan terakhir untuk Kantor Kanwil Pariwisata Jawa Tengah tahun 1994. Sekarang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas Gubernur Jawa Tenga, menggantikan Puri Gedeh.
Pada awal abad ke -20, bangunan samping dibongkar, kemudian ditambahkan tritisan. Tahun 1970-an ditambahkan lagi bangunan 2 lantai di bagian belakang dari kiri bangunan induk, yang kemudian dugunakan untuk APDN. Renovasi terakhir dilakukan pada tahun 1978, dengan mengganti luifel gantung menjadi plat dan konsol beton dengan banyak ornamen ukiran; serta mengganti daun pintu dan jendela dengan bahan baru; termasuk pula membuat tangga layang pada ruang depan.
Rumah Dinas Gubernur 2000an :
Geredja Blendoek 1910an
:

Gereja Blenduk adalah gereja kristen protestan yang tertua di Jawa Tengah. Nama Blenduk adalah julukan dari masyarakat yang berarti kubah. Nama resmi dalam bahasa belanda adalah “Protestantsche Kerk”. Gedungnya dibangun oleh masyarakat Belanda yang tinggal di kota itu pada 1753, dengan bentuk heksagonal (persegi delapan). Kubahnya besar dan di dalamnya terdapat sebuah orgel barok. Gereja ini direnovasi pada 1894 oleh arsitek W. Westmaas dan H.P.A. de Wilde, yang menambahkan kedua menara di depan gedung ini.

Gambar ini adalah hasil scan kartupos asli yang berwarna-warni. Warnanya dibuat dengan litografi kromo (Chromolithography). Litografi kromo adalah sebuah metode di dalam seni grafis untuk mencetak gambar berwarna-warni di atas permukaan licin. Teknik ini dipakai dari sekitar 1850an sampai 1910an. Sayangnya warna sudah sedikit luntur setelah hampir satu abad.
Mesdjit Besar Aloon-aloon 1890an:

Daerah yang sekarang ditempati kompleks Pasar Johar sebelum tahun 1960an merupakan Alun-alun yang merupakan lapangan untuk pawai militer juga. Di foto ini kita melihat pawai kavalari dan infanteri KNIL. Tuan-tuan besar sedang melihat pawai nya dari tribun kehormatan yang di podium. Antara mereka pasti terdapat G.I.Blume, Asisten Residen Semarang pada waktu itu dan Bupati Semarang Raden Toemenggoeng Tjokrodipoero. Tuan-tuan yang kurang besar berdiri di latar depan. Mereka pakai topi tinggi dan tongkat. Rakyat Semarang sedang melihat pawai dari belakang pakar di latar kanan. Alun-alun ada beberapa tiang lampu. Jaman itu belum ada listrik. Lampu nya memakai gas. Sepur kereta trem melewati Alun-alun juga. Di depan ada tempat perhentian trem yaitu “Halte Aloon-aloon”.
Kita bisa melihat sesuatu gedung dengan kisi-kisi. Itu penjara lama yang berlokasi di depan Masjid Besar yang juga dikenal dengan sebutan Masjid Kauman. Pada tahun 1741 suatu masjid dibangun di suatu kawasan yaitu kawasan dimana sekarang berdiri Masjid Besar Semarang. Itu merupakan masjid paling besar di Semarang yang akhirnya mengabadikan nama Kyai Adipati Surohadimenggola II sebagai pendiri pertama Masjid Besar. Hasil pembangunan masjid itu hanya dinikmati dalam waktu singkat karena masjid tersebut terbakar pada tahun 1883. Pembangunan masjid baru diselesaikan pada tahun 1890. Di foto ini gedung masjid masih sangat baru. Di latar belakang cerobong memuntahkan asap hitam. Jaman itu Semarang sudah punya pabrik.
Djembatan Berok & Bodjong 1910an
:

ini memperlihatkan Jembatan Berok yang ramai sekali dengan pejalan kaki, macam-macam kereta kuda dan sebuah kendaraan modern: bis kota. Jembatan Berok dibangun tahun 1705. Dinamai jembatan "Berok" karena orang pribumi tidak bisa melavalkan kata "Brug" yang dalam bahasa Belanda berarti jembatan. Tahun 1910 jembatan ini diperbaiki dengan diberi lampu penerangan.

Jalan panjang dengan pohon-pohon di tepi-tepinya adalah Bojong yang sekarang bernama Jl Pemuda.
Foto ini memperlihatkan mobil yang melintasi Jembatan Berok. Jembatan yang dibangun tahun 1705 dinamai jembatan "Berok" karena orang pribumi tidak bisa melavalkan kata "Brug" yang dalam bahasa Belanda berarti jembatan. Lampu penerangan dari tahun 1910 sudah direnovasi pada tahun 1930an dalam gaya art deco.
Gedung dengan menara di latar belakang adalah kantor Javasche Bank yang dibangun tahun 1930 berdasarkan karya arsitek Thomas Karsten (1884-1945).
kantor pos besar semarang:

Foto ini dari tahun 1930an ada banyak pengendara sepeda. Di sebelah kiri pintu masuk ada tempat parkir sepeda yang beratap. Sepeda dengan gerobak gandengan melewati pintu masuk.

Semarang termasuk dalam tiga kota pertama di Nusantara yang memelopori jasa pos (Batavia-Surabaya-Semarang). Kantor pos yang pertama sudah didirikan pada tahun 1862, tapi gedung ini yang terletak di Jalan Pemuda 4 dibangun pada awal abad 19an.
Kantor Pos dipengaruhi gaya “Second Empire” (Gaya perancis masa kekaisaran II ). Pondasi yang digunakan adalah pondasi batu yang mendukung struktur bata. Penyelesaian dindingnya ialah diplester. Atapnya berbentuk “Mansard” terbuat dari kayu sirap. Tahun 1979 pernah dilakukan pemugaran pada gedung ini, serta penambahan ruang pada bagian belakang bangunan.
Kantor Pos, Bodjong 1930an
jalan bodjong 1914(jl.pemuda) :

Kemungkinan pertama: Bangunan di sebelah kiri adalah pintu gerbang ke dalam sebuah kompleks gedung yang dijadikan kantor Paldam VII Diponegoro di tahun 70-an. Letaknya di sebelah kiri Balaikota.

Kemungkinan kedua: Itu adalah bangunan yang dulu ada di depan GRIS (Gedoeng Rakjat Indonesia Semarang) yang kemudian dibongkar. Keduanya memiliki kemiripan bentuk/gaya. Letaknya di bekas bundaran persimpangan, Jl. Pemuda, Jl. Tanjung, Jl. Thamrin, Jl. Depok dan Jl. KS. Tubun.
Bukit Bergota terkenal sebagai lokasi tanah makam Bergota yang merupakan pemakaman terbesar di kota Semarang.
Kereta api SJS Semarang 1900an :

ini memperlihatkan kereta api SJS (Samarang-Joana Stoomtram Maatschappij) di stasiun Jomblang. SJS mulai beroperasi pada tahun 1881 antara Semarang dan Juwana. SJS adalah maskapai trem pertama di Jawa. (sayang sekali gan... sejarah perkeretaapian di jawa telah hilang, antara lain juga bekas terminal jurnatan yang katanya adalah stasiun kereta pertama di jawa-bahkan sebelum stasiun tawang dibuat, sekarang menjadi komplek pertokoan jurnatan) Kereta ini ada lokomotif Beyer Peacock. Sekarang lokomotif model seperti itu masih terdapat didepan stasiun Pasar Turi di Surabaya. ini memperlihatkan panorama di Bodjong (kini Jl Pemuda) mengarah ke selatan. Di sebelah kiri terlihat toko serba ada JAVA STORES. Di dinding terlihat tulisan vertikal dalam bahasa Belanda “Schoenen” (=sepatu) “Heerenmode” (=pakaian laki-laki) “Reisartikelen” (alat pembekalan) “Confectie” (barang kodian). Di tengah foto terlihat restoran bersejarah
Toko oen...Hingga sekarang Toko Oen masih ada ... neh gambarnya yang sekarangTjandi Baroe 1930an :

Naik bis ke Tjandi Baroe 1930an...Bis di Dr. De Vogelweg yang ganti nama jadi Jl. Letjen S. Parman (tanjakan ini kalo orang sekitar daerah candi bilang adalah tanjakan ndepokel ternyata adalah nama orang belanda de vogel mungkin biar gampang nyebutnya aja ya gan hehehe...)

PETA JROBANG

klik gambar untuk memperbesar

Rabu, 20 Oktober 2010

Jrobang Facebook Community


klik disini untuk gabung grup jrobang facebook community

Penerima Supersemar Award Tahun 2010 Bangga, Terharu dan Bersyukur

Terkejut, bangga, terharu dan bersyukur merupakan bagian dari ungkapan para mahasiswa penerima Supersemar Award tahun 2010. Mereka tak mengira bila skripsi karya mereka berhasil meraih penghargaan tertinggi tingkat nasional, yang diselenggarakan Yayasan Supersemar, sebuah yayasan yang didirikan Presiden RI kedua (alm) Pak Harto.
Dari sebelas mahasiswa penerima Supersemar Award tahun 2010 salah satunya adalah Benny Sumardiana, SH. Alumnus Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang (Unnes), Jateng, ini mengaku merasa bangga bisa terpilih sebagai penerima Supersemar Award tahun 2010.
“Saya bangga dan terharu, sekaligus bersyukur karena prestasi ini luar biasa dan sudah setingkat nasional,” kata Benny, yang ditemui Dede Haeruddin dari Majalah Gemari di kediamannya pada 26 Mei 2010 lalu, di Komplek Rumah Dinas Pajak Jl Jrobang No 13 Rt 06 Rw 08, Kelurahan Ngesrep, Kecamatan Banyumanik, Kota Semarang, Jateng.
Benny yang menjadi penerima Supersemar Award tahun 2010 pada 8 Juni ini, mengaku dirinya mendapat info itu dari pihak fakultas almamaternya. Tak pelak, ia pun langsung melihat di internet. “Waktu saya buka situsnya, di situ tertulis saya akan mendapat penghargaan seperti medali, tropi, beasiswa, dan uang tunai juga,” ujarnya ketika ditanya tentang penghargaan dari panitia.
Ditanya lagi bagaimana perasaannya menjadi penerima Supersemar Award tahun 2010, Benny menjawab, yang pasti yang meningkat itu rasa optimis. “Bahkan tujuan saya nanti atau cita-cita saya step by step sudah mendekati. Dan memang pengalaman ini benar-benar mengejutkan. Boleh jadi Supersemar Award ini membuka jalan baru bagi saya,” ungkap mahasiswa yang hobi membaca, putra pasangan Rudi Wikarsono dan Tuti Rohayati ini sumringah.
“Ditambah lagi adanya sambutan yang luar biasa di fakultas. Dan memang saya dulu mempunyai cita-cita akan kembali lagi ke universitas. Ketika saya sudah mendapat ilmu kemudian saya ingin bagikan lagi di universitas. Intinya, tidak menutup beberapa kemungkinan bahwa saya harus berkompetensi lagi,” papar pria yang bercita-cita menjadi hakim ini sambil tersenyum.
Pemuda kelahiran Kuningan, Jabar, 6 Oktober 1987 ini bersyukur karena kedua orangtuanya terus mendukung upayanya dalam meraih cita-cita hingga lulus dari Fakultas hukum Unnes. “Alhamdulillah orangtua memberi supportnya luar biasa,” dalih Benny kalem, yang meraih Supersemar Award dari skripsinya berjudul “Kekerasan dalam dunia Pendidikan, Studi Hukum Pidana Tentang Kekerasan dan Kedisiplinan”.

Atas kehendak Allah
Selain Benny Sumardiana, SH yang merasa bangga sebagai penerima Supersemar Award tahun 2010, Inarotul Ain, SAg pun merasakan hal yang sama. Alumnus IAIN Walisongo Semarang, Jateng, ini malah seakan tidak percaya mendengar kabar itu. “Karena penghargaan ini tingkat nasional,” ujarnya bangga.
“Awalnya saya ditelepon dari pihak Yayasan Supersemar, baru kemudian saya melihat di internet. Nah, saya baru percaya setelah saya lihat di internetnya itu,” ungkap Inarotul tersenyum seraya menambahkan, “saya sangat bahagia sekali. Ini bukan apa-apa, tetapi atas kehendak Allah saja, dan ini kesempatan yang diberikan Allah kepada saya. Bukan karena saya pandai atau cerdas, tetapi ini menurut saya hanya sebuah keberuntungan.”
Wanita kelahiran Batang, Jateng, 18 Mei 1989 ini mengaku, diberi tahu dari pihak yayasan pada hari kamis tanggal 20 Mei 2010, yang ditelepon langsung dari pihak Supersemar. “Saya awalnya kurang percaya karena memang banyak penipuan. Tapi setelah saya cek nomor yang digunakan untuk menelpon saya itu, nomor dari faks yang ada diformulir tersebut dan saya baru percaya,” papar sulung dari tiga bersaudara, putri pasangan KH Syaifudin Ali Munif dengan Naimatul Jannah, pendiri Pondok Pesantren Nasrul Huda di Batang, Jateng.
Ditanya apa saja yang akan ia terima dari panitia, Inarotul menjawab, yang ia tahu untuk hadiah melalui internet berupa uang tunai, medali, piagam, dan alokasi beasiswa Supersemar untuk tahun 2011. “Cuma itu, semua tidak ada yang mendetil. Jadi, itu tidak tertulis nominalnya. Tetapi, kalau menurut saya, itu tidak menjadi masalah, karena meraih prestasi tingkat nasional itu sebuah anugerah yang terindah dan kebanggaan tersendiri. Kalaupun masalah rejeki, nanti pun dibagi sama Allah,” dalih Inarotul, yang beberapa waktu lalu meluncurkan bukunya “Menyongsong Masa Depan”, beredar di Gramedia.
Alumnus IAIN Walisongo Semarang, Jateng, ini mengaku punya cita-cita besar ingin melanjutkan studi sampai meraih gelar Doktor. “Cuma kalau sekarang ini, kalau dilihat dari keinginan saya, inginnya benar-benar dapat beasiswa lagi. Artinya, kuliah bukan bayar sendiri. Jadi, kalaupun nanti misalnya saya sudah terima Supersemar Award, mungkin saya punya channel seperti teman-teman semua, mungkin nanti kita bisa bagi- bagi informasi tentang beasiswa,” harapnya.
Namun demikian, Inarotul menginginkan mendapat beasiswa di Indonesia, bukan di luar negeri. “Kalau keluar negeri kesempatan memang banyak sekali. Dari mulai Pebruari, Maret, April lalu itu banyak. Tanggal 1 Mei kemarin kesempatan beasiswa di Amerika, kemudian Pebruari di Brunei, terus ada di Perancis dan lan-lain. Tapi kalau bisa, yang saya inginkan kuliah S2 di Indonesia dulu,” harapnya lagi saat ditemui di kampus IAIN Walisongo Semarang, belum lama ini.
“Saya sangat berharap Yayasan Supersemar bisa memberikan beasiswa S2, entah itu di mana pun, tetapi saya lebih ingin kuliah di Indonesia,” ucap peraih Supersemar Award dari skripsinya yang berjudul The Concept of Tasbih al-Alam (Universe’s Glorification) According to Fakhr al-Din al-Razi and Ibn ‘Arabi (A Comparative Study). Selamat!

Selasa, 19 Oktober 2010

suasana malam tirakatan RT 5 jrobang

Bantuan Mesin Pencacah Sabut Kelapa

21 Agustus 2009

Bantuan Mesin Pencacah Sabut Kelapa

Kelompok Tani Anggrek Jrobang Indah Orchid (JIO) bisa bernafas lega setelah bantuan pencacah sabut kelapa dari Dinas Pertanian Kota Semarang diterima. "Paling tidak... lengan kita sudah tidak pegal pegal l dan produksi media sabut kelapa akan lebih banyak" kata Bu Lucia ketua JIO. Kebutuhan media sabut kelapa di kelompok tani anggrek sangat besar. Jumlah kebutuhan petani Kota Semarang bisa lebih dari 100 kg kering per musim tanam. Bayangkan kalau harus di buat secara manual, bisa lecet semua jari jari lentik kita.......




Penyerahan Alat pencacah Sabut Kelapa di Jrobang Indah Orchid tgl 20 Agustus 2009
JL. Jrobang RT.04/RW.08 Kelurahan Ngesrep Kecamatan Banyumanik.
Dihadiri Kepala Kelurahan Ngesrep dan staff Dinas Pertanian Kota Semarang.

jrobang indah orchid

jrobang indah orchid

Anggrek Dendrobium, Phalaenopsis dan Cattleya merupakan komoditas yang dikerjakan oleh Kelompok Tani Anggrek “Jrobang Indah Orchid“.
Sebagai salah satu usaha sampingan ibu rumah tangga,
selain mempunyai nilai tambah yang menguntungkan juga sebagai hobi dan hiburan, kata Ibu Lucia ketua JIO ketika dijumpai di kebun anggrek yang dipakai sekretariat JIO.
Bermula dari hobi ibu – ibu menanam anggrek di lingkungan RT.04/RW.08 Kelurahan Ngesrep Kecamatan Banyumanik. Dari satu-dua ibu hingga bertambah cukup banyak dan sepakat membentuk suatu kelompok yang dapat menampung dan mengembangkan hobi tersebut dalam wadah Kelompok Tani.

Selain itu Kelompok Tani Anggrek Jrobang Indah Orchid juga sudah membuat SOP ( Standar Operasional Prosedur ) untuk pedoman/acuan anggota kelompok Tani Anggrek “Jrobang Indah“ dalam membudidayakan Tanaman Hias utamanya Anggrek, sehingga produk yang dihasilkan bisa maksimal dan ramah lingkungan.


Budi Daya Anggrek di Pekarangan Rumah


09/11/2009 10:03
Liputan6.com, Semarang: Diawali hobi merawat anggrek, ibu-ibu di Jrobang, Ngesrep, Banyumanik, Semarang, Jawa Tengah, tertantang untuk menekuni budi daya anggrek. Mereka memanfaatkan bahan-bahan sederhana, seperti limbah sabut kelapa dan gelas air mineral untuk pembudidayaan anggrek tersebut.

Biasanya pembudidayaan anggrek membutuhkan lahan yang cukup luas. Namun kelompok ini cukup memanfaatkan lahan di pekarangan rumah. Ternyata hasilnya bisa bersaing dengan pengusaha atau pekebun anggrek di luar kota.

Setelah dirasa berhasil, kelompok ini kemudian mencari pasar. Lantaran berusaha sendiri cukup sulit, mereka membentuk kelompok-kelompok agar bisa memenuhi kebutuhan pasar dalam jumlah besar.

Pangsa pasarnya pun cukup luas karena ada jaringan khusus untuk Kota Semarang. Setiap tahun, mereka bisa mengirim 10-15 ribu anggrek. Tak hanya itu, kelompok ini juga telah mendapat kepercayaan dari kelompok lain dan dinas pemerintah untuk menjalin kerja sama memberi pelatihan budi daya anggrek.

Bekerja sama dengan Dinas Pertanian Kota Semarang, kelompok ini akan membuat jalur emas atau jalur hijau untuk wisata anggrek di Semarang. Mereka mengajak kelompok-kelompok tani lain ikut berkreasi dan berproduksi, sehingga bisa mendukung Semarang menjadi sentra anggrek di Jateng.

kampung kita harus maju

semoga dengan awal posting blog ini jrobang tambah maju dari berbagai segi.