Rabu, 20 Oktober 2010

Penerima Supersemar Award Tahun 2010 Bangga, Terharu dan Bersyukur

Terkejut, bangga, terharu dan bersyukur merupakan bagian dari ungkapan para mahasiswa penerima Supersemar Award tahun 2010. Mereka tak mengira bila skripsi karya mereka berhasil meraih penghargaan tertinggi tingkat nasional, yang diselenggarakan Yayasan Supersemar, sebuah yayasan yang didirikan Presiden RI kedua (alm) Pak Harto.
Dari sebelas mahasiswa penerima Supersemar Award tahun 2010 salah satunya adalah Benny Sumardiana, SH. Alumnus Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang (Unnes), Jateng, ini mengaku merasa bangga bisa terpilih sebagai penerima Supersemar Award tahun 2010.
“Saya bangga dan terharu, sekaligus bersyukur karena prestasi ini luar biasa dan sudah setingkat nasional,” kata Benny, yang ditemui Dede Haeruddin dari Majalah Gemari di kediamannya pada 26 Mei 2010 lalu, di Komplek Rumah Dinas Pajak Jl Jrobang No 13 Rt 06 Rw 08, Kelurahan Ngesrep, Kecamatan Banyumanik, Kota Semarang, Jateng.
Benny yang menjadi penerima Supersemar Award tahun 2010 pada 8 Juni ini, mengaku dirinya mendapat info itu dari pihak fakultas almamaternya. Tak pelak, ia pun langsung melihat di internet. “Waktu saya buka situsnya, di situ tertulis saya akan mendapat penghargaan seperti medali, tropi, beasiswa, dan uang tunai juga,” ujarnya ketika ditanya tentang penghargaan dari panitia.
Ditanya lagi bagaimana perasaannya menjadi penerima Supersemar Award tahun 2010, Benny menjawab, yang pasti yang meningkat itu rasa optimis. “Bahkan tujuan saya nanti atau cita-cita saya step by step sudah mendekati. Dan memang pengalaman ini benar-benar mengejutkan. Boleh jadi Supersemar Award ini membuka jalan baru bagi saya,” ungkap mahasiswa yang hobi membaca, putra pasangan Rudi Wikarsono dan Tuti Rohayati ini sumringah.
“Ditambah lagi adanya sambutan yang luar biasa di fakultas. Dan memang saya dulu mempunyai cita-cita akan kembali lagi ke universitas. Ketika saya sudah mendapat ilmu kemudian saya ingin bagikan lagi di universitas. Intinya, tidak menutup beberapa kemungkinan bahwa saya harus berkompetensi lagi,” papar pria yang bercita-cita menjadi hakim ini sambil tersenyum.
Pemuda kelahiran Kuningan, Jabar, 6 Oktober 1987 ini bersyukur karena kedua orangtuanya terus mendukung upayanya dalam meraih cita-cita hingga lulus dari Fakultas hukum Unnes. “Alhamdulillah orangtua memberi supportnya luar biasa,” dalih Benny kalem, yang meraih Supersemar Award dari skripsinya berjudul “Kekerasan dalam dunia Pendidikan, Studi Hukum Pidana Tentang Kekerasan dan Kedisiplinan”.

Atas kehendak Allah
Selain Benny Sumardiana, SH yang merasa bangga sebagai penerima Supersemar Award tahun 2010, Inarotul Ain, SAg pun merasakan hal yang sama. Alumnus IAIN Walisongo Semarang, Jateng, ini malah seakan tidak percaya mendengar kabar itu. “Karena penghargaan ini tingkat nasional,” ujarnya bangga.
“Awalnya saya ditelepon dari pihak Yayasan Supersemar, baru kemudian saya melihat di internet. Nah, saya baru percaya setelah saya lihat di internetnya itu,” ungkap Inarotul tersenyum seraya menambahkan, “saya sangat bahagia sekali. Ini bukan apa-apa, tetapi atas kehendak Allah saja, dan ini kesempatan yang diberikan Allah kepada saya. Bukan karena saya pandai atau cerdas, tetapi ini menurut saya hanya sebuah keberuntungan.”
Wanita kelahiran Batang, Jateng, 18 Mei 1989 ini mengaku, diberi tahu dari pihak yayasan pada hari kamis tanggal 20 Mei 2010, yang ditelepon langsung dari pihak Supersemar. “Saya awalnya kurang percaya karena memang banyak penipuan. Tapi setelah saya cek nomor yang digunakan untuk menelpon saya itu, nomor dari faks yang ada diformulir tersebut dan saya baru percaya,” papar sulung dari tiga bersaudara, putri pasangan KH Syaifudin Ali Munif dengan Naimatul Jannah, pendiri Pondok Pesantren Nasrul Huda di Batang, Jateng.
Ditanya apa saja yang akan ia terima dari panitia, Inarotul menjawab, yang ia tahu untuk hadiah melalui internet berupa uang tunai, medali, piagam, dan alokasi beasiswa Supersemar untuk tahun 2011. “Cuma itu, semua tidak ada yang mendetil. Jadi, itu tidak tertulis nominalnya. Tetapi, kalau menurut saya, itu tidak menjadi masalah, karena meraih prestasi tingkat nasional itu sebuah anugerah yang terindah dan kebanggaan tersendiri. Kalaupun masalah rejeki, nanti pun dibagi sama Allah,” dalih Inarotul, yang beberapa waktu lalu meluncurkan bukunya “Menyongsong Masa Depan”, beredar di Gramedia.
Alumnus IAIN Walisongo Semarang, Jateng, ini mengaku punya cita-cita besar ingin melanjutkan studi sampai meraih gelar Doktor. “Cuma kalau sekarang ini, kalau dilihat dari keinginan saya, inginnya benar-benar dapat beasiswa lagi. Artinya, kuliah bukan bayar sendiri. Jadi, kalaupun nanti misalnya saya sudah terima Supersemar Award, mungkin saya punya channel seperti teman-teman semua, mungkin nanti kita bisa bagi- bagi informasi tentang beasiswa,” harapnya.
Namun demikian, Inarotul menginginkan mendapat beasiswa di Indonesia, bukan di luar negeri. “Kalau keluar negeri kesempatan memang banyak sekali. Dari mulai Pebruari, Maret, April lalu itu banyak. Tanggal 1 Mei kemarin kesempatan beasiswa di Amerika, kemudian Pebruari di Brunei, terus ada di Perancis dan lan-lain. Tapi kalau bisa, yang saya inginkan kuliah S2 di Indonesia dulu,” harapnya lagi saat ditemui di kampus IAIN Walisongo Semarang, belum lama ini.
“Saya sangat berharap Yayasan Supersemar bisa memberikan beasiswa S2, entah itu di mana pun, tetapi saya lebih ingin kuliah di Indonesia,” ucap peraih Supersemar Award dari skripsinya yang berjudul The Concept of Tasbih al-Alam (Universe’s Glorification) According to Fakhr al-Din al-Razi and Ibn ‘Arabi (A Comparative Study). Selamat!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar